Home

Kamis, 21 Februari 2013

Memahami Pendekatan Struktural Fungsional

MAKALAH
SISTEM SOSIAL INDONESIA
Mengkaji sistem sosial di dalam masyarakat dengan menggunakan pendekatan structural fungcional




  
                                                                    Disusun Oleh        :
            1.Dhimas Fajar Setiawan (12413241021)
            2.Eka Sari (12413241025)
            3.Pujangga Atmaja (12413241032)
            4. Deri Randani (12413241056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA




KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya makalah ini membahas tentang pendekatan structural fungsional dalam system social.
            Dalam penyelesaian makalah ini kami banyak mengalami kesulitan namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan makalah ini.
            Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran positif yang membangun, agar penulisan makalah yang akan datang  lebih baik lagi.
            Kami berharap semoga makalah sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita sekalian.


Yogyakarta , 11 September 2012


                                                                                           Penyusun
           


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang :

Sistem social merupakan Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur  yang ada dalam kehidupan social. Karena di dalam system social tersebut banyak komponen yang menyusunnya diantaranya ,Bahwa dalam setiap Sistem Sosial terdapat sejumlah orang dan kegiatannya, Orang-orang dan kegiatannya tersebut saling berhubungan secara timbal balik dan, Hubungan yang bersifat timbal balik tersebut bersifat tetap, maka dari itu perlu adanya pengkajian didalam system social. Pada pembahasan kali ini kami menggunakan metode pendekatan structural fungsional.
Pendekatan structural fungsional  mengkaji system social dalam masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling berhubungan , fungsional menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen konstituennya.
Dengan menggunakan pendeketan structural  fungsional maka dapat mengkaji system social dalam masyarakat secara berkaitan.

1.2  Rumusan masalah:
1. Apa pengertian pendekatan structural fungsional dengan system social?
2. Bagaimana perkembangan teori pendekatan structural fungsional?
3.Bagaimanakah hubungan antara system social dengan pendekatan structural?





BAB II
PEMBAHASAN

Untuk memahami sistem sosial dan budaya Indonesia diperlukanpenguasaan teori karena fungsi teori adalah memberi makna terhadap realitassosial. Dua pendekatan teoritis yang harus dikuasai adalah Pendekatan Struktur Fungsional dan Pendekatan Konflik Dialektika

   1. Pendekatan Struktur Fungsional.
Pendekatan struktur fungsional memiliki asumsi dasar bahwa Masyarakat terintegrasi atas dasar kata sepakat para anggotanya terhadap nilaidasar kemasyarakatan yang menjadi panutannya. Kesepakatan tersebut menjadi pernyataan umum yang memiliki kemampuan mengatasi perbedaan perbedaan pendapat dan kepentingan dari pada anggotanya. Masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi kedalam suatu bentuk equilibrium
Sebagai perwujudan yang paling penting tergambar di dalam usaha untuk menerangkan hubungan antara konsep struktur dan fungsi.
Pendekatan fungsional struktural menganalisis sistem sosial secara makro. Pendekatan ini memandang masyarakat adalah sebuah sistem yang teratur dan bersifat stabil, pendekatan ini juga memandang masyarakat sebagai sistem kompleks yang bagian bagian di dalamnya bekerja secara bersama guna menghasilkan solidaritas dan stabilitas. Sistem yang stabil ini dicirikan oleh masyarakat dimana mayoritas anggota atau para individu memiliki perangkat nilai, kepercayaan, dan perilaku yang digunakan secara bersama. Pendekatan ini juga memandang masyarakat terdiri atas bagian bagian yang menjalankan fungsi yang saling berhubungan satu sama lain. Hubungan padu dan harmonis antar struktur dan fungsi tersebut menyumbang pada stabilitas masyarakat.
Dalam upaya mencapai stabilitas, masyarakat – menurut para fungsionalis – mengembangkan struktur-struktur sosial (atau lembaga). Struktur sosial adalah pola perilaku sosial yang relatif stabil. Struktur sosial dibutuhkan agar masyarakat tetap ada yang diantaranya direpresentasikan lembaga keluarga, pendidikan, agama, pemerintah ataupun lembaga-lembaga ekonomi (pasar, peternakan, perkebunan, misalnya). Jika satu struktur tidak menjalankan fungsinya, maka fungsi yang dijalankan struktur lain akan terganggu dan akibatnya sistem sosial mengalami instabilitas.

2. Perkembangan Teori Struktural Fungsional
Hingga pertengahan abad, fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh tokoh – tokoh lain,
Talcott Parson menimbulkan kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937.

Sistem tindakan diperkenalkan parson dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment, Integration, Latency. Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai.

Analisis parson merepresentasikan suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem, persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan media tersebut. Analisis ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis, yakni pada lingkup visi meta teori
Merton mengkritik beberapa aspek ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya sedangkan Merton lebih terbatas dan menengah
Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional beberapa postulat tersebut antara lain:
  • Kesatuan fungsi masyarakat, berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.
  • Fungsionalisme universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur , adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi positif.
  • Indispensability, aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan. Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang tidak dapat dihindari.
Argumentasi Merton dijelaskan kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik.
Awalnya aliran fungsionalis membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan kelompok.
Merton mengemukakan bahwa para ahli sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang diamati dalam perilaku social
The middle range theory Merton ini memiliki berbagai pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan temuan-temuan empiris, merupakan lanjutan dari teori system social yang terlalu jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi ia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Para stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuian, karena selalu ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan konsekuensi dalam fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya

Dalam penjelasan lebih lanjut , Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten. Maka dalam stuktur yang ada, hal-hal yang tidak relevan juga disfungsi laten dipengaruhi secara fungsional dan disfungsional
Dalam teori ini Merton dikritik oleh Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara. Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan fungsionalisme.

Analisi Merton tentang hubungan antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh anggota masyarakat. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut.

Dari berbagai penajabaran yang ada Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran yang telah ada. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang lebih jauh berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.
Tiga paradigma yang bertahan dalam penyelidikan fenomena sosial adalah paradigma fungsional-struktural, paradigma konflik, dan paradigma interaksi-simbolik. Kajian sistem sosial dan budaya Indonesia di dalam ... ini tidak terlepas dari berkembangnya tiga paradigma. Paradigma adalah cara berpikir mengenai suatu masalah. Paradigma terdiri atas teori-teori sejenis, yang secara umum memiliki kesamaan dalam memandang dan memposisikan subyek, obyek, dan gejala yang diteliti.

3. Hubungan sistem sosial dan pendekatan struktural fungsional
Dalam sebuah sistem sosial didalamnya pasti ada yang namanya sistem yang saling berkaitan, untuk mencapai tujuan yang bersamaan tentunya memerlukan sebuah pendekatan yang sesuai. Salah satu pendekatan yang paling sesuai dengan fenomena sistem-sistem sosial tersebut adalah pendekatan struktural fungsional.
Sudut pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat sebagai suatu sistem fungsional yang terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Fungsional struktur memandang masyarakat layaknya organisme biologis yang terdiri dari komponen-komponen atomitis dan memelihara hubungan integratif sistemik, agar metabolisme kehidupan masyarakat tetap terjaga.
Artinya sebuah sistem sosial merupakan sistem dari tindakan-tindakan manusia yang terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antara individu, yang tumbuh dan berkembang dalam standard penilaian yang mendapat kesepakatan bersama.
Penilaian atau norma itulah yang membentuk struktur sosial dalam masyarakat. Zamroni (2001) menyatakan bahwa pendekatan microcosmis melihat sekolah sebagai suatu dunia sendiri yang di dalamnya memiliki unsur unsur untuk bisa disebut sebagai masyarakat. Sesuai dengan pendekatan struktural fungsional lembaga sekolah di ibaratkan sebagai masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis untuk mengatur dan mengelola berbagai komponen yang ada didalamnya.
Bagian-bagian tersebut diatur dan terintegrasi dalam naungan sistem kendali sosial berwujud formal. Pendekatan struktural fungsional pada hakikatnya merupakan susunan dari peran dan status berbeda-beda dimana masing masing bagian tersebut terkonsentrasi pada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan laju orientasi demi mencapai tujuan tertentu.
Fungsional struktur melandasi pandangan kita untuk melihat berbagai peran dan status formal di sekolah sebagai satu-satunya pedoman mendasar atas segala aktivitas yang dilakukan oleh warganya. Dengan pendekatan struktural fungsional seluruh masyarakat telah terisolir norma atau nilai kaedah yang terjadi dalam sebuah masyarakat .


BAB III
PENUTUP
1.SIMPULAN
Dalam kenyataan yang ada, bangsa Indonesia ini memiliki sebuah sistim sosial yang bisa dikatakan memilki berbagai sub sistem sebagai penompangnya. Didalam sistem sosial itu terdapat yang namanya masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa bagian sistem dan memeiliki peran yang saling berhubungan. Bagian bagian tersebut berfungsi dalam meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem tersebut.
Setelah kita membahas dan mempelajari masyarakat menggunakan pendekatan teori struktural dan fungsional. Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya teori struktural dan fungsional kita dapat mengerti apa itu struktural dalam masyarakat, bagaimana peran struktural dan fungsional, dan dapat kita simpulkan bahwa yang dinamakan dengan struktural adalah, statu bentuk atau pola-pola yang mana berhubungan dan berinteraksi, antar berbagai componen, secara singkatnya yaitu mengenai susunan atau bagian-bagian yang mana terbentuk pada fungís-fungsi itu sendiri. Misalnya ketika kita melihat sebuah desa yang mana di dalam desa itu nanti ada struktur-struktur tertentu. Misalnya ada kepala desa, ada sekretaris, ada bendahara, ada seksi-seksi, yang mana hal ini berfungsi sesuai halnya tugas masing-masing. Di dalam desa juga ada masjid, ada pengurusnya, di dalam masjid ini ada yang namanya struktur yang mana struktur ini bekerja dan mempunyai fungsi masing-masing.
Dan di dalam teori struktural fungsional ini, saling terkait antara struktur dan fungsional, di dalam tata
nan masyarakat di dalam berorganisasi pasti nanti terdapat yang namanya struktur dan fungsional adanya struktur pasti ada fungsional.


  
DAFTAR PUSTAKA

Nasikun.2011. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta : Rajawali press



3 komentar:

  1. menarik. yang jadi bosan itu ketika akhir dari tulisan ini saya tidak menemukan contoh kasus yang diberikan penulis dalam makala ini. tapi bukan apa2 sih. bahwa indonesia terlalu kompleks untuk kita jelaskan denga menggunakan suatu pendekatan. apa lagi struktural fungsional yang digunakan sebagai pisau untuk melihat sistem sosial masyarakat di indonesia. artinya bahwa masyarakat indonesia yang mana yang memiliki sistem sosiaalnya masih terjaga dengan saling berhubungan antra satu dengan lainnya? apakan masyarakat kontemporer ataukan masyarakat tradisional "yang pola hidupnya masih tetap dengan budaya lampau?". maksudx ini akan terlihat sempurna jika ada contoh kasus yang diselipkan dalam paparan makala ini. selebihnya ok. sistematis dan terarah. slam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju, saya juga dari tadi baca nunggu2 kasusnya.

      Hapus
  2. ミスティーノ ミスティーノ betway betway 카지노사이트 카지노사이트 fun88 soikeotot fun88 soikeotot fun88 fun88 다파벳 다파벳 바카라사이트 바카라사이트 카지노 카지노 721

    BalasHapus