MAKALAH
SISTEM
SOSIAL INDONESIA
“Mengkaji
sistem sosial di dalam masyarakat dengan menggunakan pendekatan structural
fungcional”
1.Dhimas Fajar Setiawan (12413241021)
2.Eka Sari (12413241025)
3.Pujangga Atmaja (12413241032)
4. Deri Randani (12413241056)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU
SOSIALUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan
kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya makalah ini
membahas tentang pendekatan structural fungsional dalam system social.
Dalam penyelesaian makalah ini kami
banyak mengalami kesulitan namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena itu
kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadar bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan , oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran positif
yang membangun, agar penulisan makalah yang akan datang lebih baik lagi.
Kami berharap semoga makalah
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi kita sekalian.
Yogyakarta
, 11 September 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang :
Sistem social merupakan Hubungan yang
berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur yang ada dalam kehidupan social. Karena di
dalam system social tersebut banyak komponen yang menyusunnya diantaranya
,Bahwa dalam setiap Sistem Sosial terdapat sejumlah orang dan kegiatannya, Orang-orang dan
kegiatannya tersebut saling berhubungan secara timbal balik dan, Hubungan yang
bersifat timbal balik tersebut bersifat tetap, maka dari itu perlu adanya pengkajian
didalam system social. Pada pembahasan kali ini kami menggunakan metode
pendekatan structural fungsional.
Pendekatan
structural fungsional mengkaji system
social dalam masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian yang saling
berhubungan , fungsional menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal
fungsi dari elemen konstituennya.
Dengan
menggunakan pendeketan structural
fungsional maka dapat mengkaji system social dalam masyarakat secara
berkaitan.
1.2 Rumusan masalah:
1. Apa pengertian
pendekatan structural fungsional dengan system social?
2.
Bagaimana
perkembangan teori pendekatan structural fungsional?
3.Bagaimanakah
hubungan antara system social dengan pendekatan structural?
BAB II
PEMBAHASAN
Untuk memahami sistem
sosial dan budaya Indonesia diperlukanpenguasaan teori karena fungsi teori
adalah memberi makna terhadap realitassosial. Dua pendekatan teoritis
yang harus dikuasai adalah Pendekatan Struktur Fungsional dan Pendekatan
Konflik Dialektika
1. Pendekatan Struktur Fungsional.
Pendekatan struktur
fungsional memiliki asumsi dasar bahwa Masyarakat terintegrasi atas dasar kata
sepakat para anggotanya terhadap nilaidasar kemasyarakatan yang menjadi panutannya. Kesepakatan tersebut
menjadi pernyataan umum yang memiliki kemampuan mengatasi perbedaan perbedaan pendapat
dan kepentingan dari pada anggotanya. Masyarakat sebagai suatu sistem yang
secara fungsional terintegrasi kedalam suatu bentuk equilibrium
Sebagai
perwujudan yang paling penting tergambar di dalam usaha untuk menerangkan
hubungan antara konsep struktur dan fungsi.
Pendekatan
fungsional struktural menganalisis sistem sosial secara makro. Pendekatan ini
memandang masyarakat adalah sebuah sistem yang teratur dan bersifat stabil,
pendekatan ini juga memandang masyarakat sebagai sistem kompleks yang bagian
bagian di dalamnya bekerja secara bersama guna menghasilkan solidaritas dan stabilitas.
Sistem yang stabil ini dicirikan oleh masyarakat dimana mayoritas anggota atau
para individu memiliki perangkat nilai, kepercayaan, dan perilaku yang
digunakan secara bersama. Pendekatan ini juga memandang masyarakat terdiri atas
bagian bagian yang menjalankan fungsi yang saling berhubungan satu sama lain.
Hubungan padu dan harmonis antar struktur dan fungsi tersebut menyumbang pada
stabilitas masyarakat.
Dalam
upaya mencapai stabilitas, masyarakat – menurut para fungsionalis – mengembangkan struktur-struktur sosial (atau
lembaga). Struktur sosial adalah pola perilaku sosial yang relatif stabil.
Struktur sosial dibutuhkan agar masyarakat tetap ada yang diantaranya
direpresentasikan lembaga keluarga, pendidikan, agama, pemerintah ataupun
lembaga-lembaga ekonomi (pasar, peternakan, perkebunan, misalnya). Jika
satu struktur tidak menjalankan fungsinya, maka fungsi yang dijalankan
struktur lain akan terganggu dan akibatnya sistem sosial mengalami
instabilitas.
2. Perkembangan Teori Struktural Fungsional
Hingga pertengahan abad,
fungsionalisme menjadi teori yang dominan dalam perspektif sosiologi. Teori
fungsional menjadi karya Talcott Parsons dan Robert Merton dibawah pengaruh
tokoh – tokoh lain,
Talcott Parson menimbulkan
kontroversi atas pendekatan fungsionalisme yang ia gulirkan. Parson berhasil
mempertahankan fungsionalisme hingga lebih dari dua setengah abad sejak ia
mempublikasikan The Structure of Social Action pada tahun 1937.
Sistem tindakan diperkenalkan parson
dengan skema AGILnya yang terkenal. Parson meyakini bahwa terdapat empat
karakteristik terjadinya suatu tindakan, yakni Adaptation, Goal Atainment,
Integration, Latency. Sistem tindakan hanya akan bertahan jika memeninuhi empat
criteria ini. Dalam karya berikutnya , The Sociasl System, Parson melihat aktor
sebagai orientasi pada situasi dalam istilah motivasi dan nilai-nilai.
Analisis parson merepresentasikan
suatu usaha untuk mengkategorisasikan dunia kedalam sistem, subsistem,
persyaratan-persyaratan system, generalisasi media dan pertukaran menggunakan
media tersebut. Analisis ini pada akhirnya lebih filosofis daripada sosiologis,
yakni pada lingkup visi meta teori
Merton mengkritik beberapa aspek
ekstrem dan keteguhan dari structural fungsionalisme, yang mengantarkan Merton
sebagai pendorong fungsionalisme kearah marxisme. Hal ini berbeda dari sang
guru, Talcott Parson mengemukakan bahwa teorisi structural fungsional sangatlah
penting.Parson mendukung terciptanya teori yang besar dan mencakup seluruhnya
sedangkan Merton lebih terbatas dan menengah
Merton mengkritik apa yang
dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional beberapa postulat tersebut antara
lain:
- Kesatuan
fungsi masyarakat, berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan
tingginya level integrasi. Dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini
tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada
masyarakat yang lebih besar.
- Fungsionalisme
universal , seluruh bentuk dan stuktur sosial memiliki fungsi positif. Hal
ini di tentang oleh Merton, bahwa dalam dunia nyata tidak seluruh struktur
, adat istiadat, gagasan dan keyakinan, serta sebagainya memiliki fungsi
positif.
- Indispensability,
aspek standard masyarakat tidak hany amemiliki fungsi positif namun juga
merespresentasikan bagian bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan.
Hal ini berarti fungsi secara fungsional diperlukan oleh masyarakat. Dalam
hal ini pertentangn Merton pun sama dengan parson bahwaada berbagai
alternative structural dan fungsional yang ada di dalam masyarakat yang
tidak dapat dihindari.
Argumentasi Merton dijelaskan
kembali bahwa seluruh postulat yang dijabarakan tersebut berstandar pada
pernyataan non empiris yang didasarakan sistem teoritik.
Awalnya aliran fungsionalis
membatasi dirinya dalam mengkaji makamirakat secara keseluruhan, namun Merton
menjelaskan bahwa dapat juga diterapkan pada organisasi, institusi dan
kelompok.
Merton mengemukakan bahwa para ahli
sosiologi harus lebih maju lagi dalam peningkatan kedisiplinan dengan
mengembangkan “teori-teori taraf menengah” daripada teori-teori besar. Teori
taraf menengah itu didefinisikan oleh Merton sebagai : Teori yang terletak
di antara hipotesa kerja yang kecil tetapi perlu, yang berkembang semakin besar
selama penelitian dari hari ke hari, dan usaha yang mencakup semuanya
mengembangkan uato teori terpadu yang akan menjelaskan semua keseragaman yang
diamati dalam perilaku social
The middle range theory Merton ini
memiliki berbagai pemahaman bahwa secara prinsip digunakan untuk panduan
temuan-temuan empiris, merupakan lanjutan dari teori system social yang terlalu
jauh dari penggolongan khusus perilaku social, organisasi, dan perubahan untuk
mencatat apa yang di observasi dan di deskripsikan, meliputi abstraksi, tetapi
ia cukup jelas dengan data yang terobservasi untuk digabungkan dengan proposisi
yang memungkinkan tes empiris dan muncul dari ide yang sangat sederhana. Para
stuktural fungsional pada awalnya memustakan pada fungsi dalam struktru dan
institusi dalam amsyarakat. Bagi Merton hal ini tidaklah demikian, karrena
dalam menganalis hal itu , para fungsionalis awal cenderung mencampur adukna
motif subjektif individu dengan fungsi stuktur atau institusi. Analisis fungsi bukan
motif individu. Merton sendiri mendefinisikan fungsi sebagai
konsekuensi-konsekuensi yang didasari dan yang menciptakan adaptasi atau
penyesuian, karena selalu ada konsekuensi positif. Tetapi , Merton menambahkan
konsekuensi dalam fakta sosial yang ada tidaklah positif tetapi ada negatifnya
Dalam penjelasan lebih lanjut ,
Merton mengemukakan mengenai fungsi manifest dan fungsi laten. Maka dalam stuktur yang ada, hal-hal
yang tidak relevan juga disfungsi laten dipengaruhi secara fungsional dan
disfungsional
Dalam teori ini Merton dikritik oleh
Colim Campbell, bahwa pembedaan yang dilakukan Merton dalam fungsi manifest dan
laten , menunjukan penjelasan Merton yang begitu kabur dengan berbagari cara.
Hal ini Merton tidak secara tepat mengintegrasikan teori tindakan dengan
fungsionalisme.
Analisi Merton tentang hubungan
antara kebudayaan, struktur, dan anomi. Budaya didefinisikan sebagai rangkaian
nilai normative teratur yang mengendalikan perilaku yang sama untuk seluruh
anggota masyarakat. Stuktur sosial didefinisikans ebagai serangkaian hubungan
sosial teratur dan memeprnagaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu
dengan cara lain. Anomi terjadi jika ketika terdapat disjungsi ketat antara
norma-norma dan tujuan cultural yang terstruktur secara sosial dengan anggota
kelompok untuk bertindak menurut norma dan tujuan tersebut.
Dari berbagai penajabaran yang ada
Pemahaman Merton membawa pada tantangan untuk mengkonfirmasi segala pemikiran
yang telah ada. Hal ini terbukti dengan munculnya fungsionalisme gaya baru yang
lebih jauh berbeda dengan apa yang pemikiran Merton. Inilah bukti kedinamisan ilmu
pengetahuan, tak pelak dalam struktural fungsionalisme.
Tiga
paradigma yang bertahan dalam penyelidikan fenomena sosial adalah paradigma
fungsional-struktural, paradigma konflik, dan paradigma interaksi-simbolik.
Kajian sistem sosial dan budaya Indonesia di dalam ... ini tidak terlepas dari
berkembangnya tiga paradigma. Paradigma adalah cara berpikir mengenai suatu
masalah. Paradigma terdiri atas teori-teori sejenis, yang secara umum memiliki
kesamaan dalam memandang dan memposisikan subyek, obyek, dan gejala yang
diteliti.
3. Hubungan
sistem sosial dan pendekatan struktural
fungsional
Dalam sebuah sistem sosial didalamnya pasti ada yang
namanya sistem yang saling berkaitan, untuk mencapai tujuan yang bersamaan
tentunya memerlukan sebuah pendekatan yang sesuai. Salah satu pendekatan yang
paling sesuai dengan fenomena sistem-sistem sosial tersebut adalah pendekatan
struktural fungsional.
Sudut
pendekatan tersebut menganggap bahwa masyarakat sebagai suatu sistem fungsional
yang terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium. Fungsional struktur
memandang masyarakat layaknya organisme biologis yang terdiri dari
komponen-komponen atomitis dan memelihara hubungan integratif sistemik, agar
metabolisme kehidupan masyarakat tetap terjaga.
Artinya
sebuah sistem sosial merupakan sistem dari tindakan-tindakan manusia yang
terbentuk dari interaksi sosial yang terjadi antara individu, yang tumbuh dan
berkembang dalam standard penilaian yang mendapat kesepakatan bersama.
Penilaian
atau norma itulah yang membentuk struktur sosial dalam masyarakat. Zamroni
(2001) menyatakan bahwa pendekatan microcosmis melihat sekolah sebagai suatu
dunia sendiri yang di dalamnya memiliki unsur unsur untuk bisa disebut sebagai
masyarakat. Sesuai dengan pendekatan struktural fungsional lembaga sekolah di
ibaratkan sebagai masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis untuk
mengatur dan mengelola berbagai komponen yang ada didalamnya.
Bagian-bagian
tersebut diatur dan terintegrasi dalam naungan sistem kendali sosial berwujud
formal. Pendekatan struktural fungsional pada hakikatnya merupakan susunan dari
peran dan status berbeda-beda dimana masing masing bagian tersebut
terkonsentrasi pada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan laju
orientasi demi mencapai tujuan tertentu.
Fungsional
struktur melandasi pandangan kita untuk melihat berbagai peran dan status
formal di sekolah sebagai satu-satunya pedoman mendasar atas segala aktivitas
yang dilakukan oleh warganya. Dengan pendekatan struktural fungsional seluruh
masyarakat telah terisolir norma atau nilai kaedah yang terjadi dalam sebuah
masyarakat .
BAB III
PENUTUP
1.SIMPULAN
Dalam kenyataan yang ada, bangsa Indonesia ini
memiliki sebuah sistim sosial yang bisa dikatakan memilki berbagai sub sistem
sebagai penompangnya. Didalam sistem sosial itu terdapat yang namanya
masyarakat. Masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari beberapa
bagian sistem dan memeiliki peran yang saling berhubungan. Bagian bagian
tersebut berfungsi dalam meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem tersebut.
Setelah
kita membahas dan mempelajari masyarakat
menggunakan pendekatan teori struktural dan fungsional. Maka kita
dapat mengambil kesimpulan bahwa dengan adanya teori struktural dan fungsional
kita dapat mengerti apa itu struktural
dalam masyarakat, bagaimana peran struktural dan fungsional,
dan dapat kita simpulkan bahwa yang dinamakan dengan struktural adalah, statu
bentuk atau pola-pola yang mana berhubungan dan berinteraksi, antar berbagai
componen, secara singkatnya yaitu mengenai susunan atau bagian-bagian yang mana
terbentuk pada fungís-fungsi itu sendiri. Misalnya ketika kita melihat sebuah
desa yang mana di dalam desa itu nanti ada struktur-struktur
tertentu. Misalnya ada kepala desa, ada sekretaris, ada bendahara, ada
seksi-seksi, yang mana hal ini berfungsi sesuai halnya tugas masing-masing. Di
dalam desa juga ada masjid, ada pengurusnya, di dalam masjid ini ada yang
namanya struktur yang mana struktur ini bekerja dan mempunyai fungsi
masing-masing.
Dan di dalam teori struktural fungsional ini, saling terkait antara struktur dan fungsional, di dalam tatanan masyarakat di dalam berorganisasi pasti nanti terdapat yang namanya struktur dan fungsional adanya struktur pasti ada fungsional.
Dan di dalam teori struktural fungsional ini, saling terkait antara struktur dan fungsional, di dalam tatanan masyarakat di dalam berorganisasi pasti nanti terdapat yang namanya struktur dan fungsional adanya struktur pasti ada fungsional.
DAFTAR PUSTAKA
Nasikun.2011. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta :
Rajawali press
menarik. yang jadi bosan itu ketika akhir dari tulisan ini saya tidak menemukan contoh kasus yang diberikan penulis dalam makala ini. tapi bukan apa2 sih. bahwa indonesia terlalu kompleks untuk kita jelaskan denga menggunakan suatu pendekatan. apa lagi struktural fungsional yang digunakan sebagai pisau untuk melihat sistem sosial masyarakat di indonesia. artinya bahwa masyarakat indonesia yang mana yang memiliki sistem sosiaalnya masih terjaga dengan saling berhubungan antra satu dengan lainnya? apakan masyarakat kontemporer ataukan masyarakat tradisional "yang pola hidupnya masih tetap dengan budaya lampau?". maksudx ini akan terlihat sempurna jika ada contoh kasus yang diselipkan dalam paparan makala ini. selebihnya ok. sistematis dan terarah. slam.
BalasHapussetuju, saya juga dari tadi baca nunggu2 kasusnya.
Hapusミスティーノ ミスティーノ betway betway 카지노사이트 카지노사이트 fun88 soikeotot fun88 soikeotot fun88 fun88 다파벳 다파벳 바카라사이트 바카라사이트 카지노 카지노 721
BalasHapus